PRESS RELEASE Hari Pahlawan 2012



PRESS RELEASE
Pada Acara
“ PAMERAN FOTO LANGKA TOKOH JAWA BARAT: SANUSI HARDJADINATA”
dan
NONTON BARENG DAN DISKUSI FILM: SANG PERINTIS
di Museum Konperensi Asia-Afrika
dalam rangka Peringatan Hari Pahlawan Tahun 2012

FOR IMMEDIATE RELEASE
Rabu, 07 November 2012, Jam 12.00 WIB

 

Museum KAA bekerja sama dengan Museum Geologi akan gelar kegiatan Nonton Bareng dan Diskusi Film: “Sang Perintis” pada hari Sabtu, 10 November 2012, mulai pukul 18.30 - 21.00 WIB bertempat di Ruang Pamer Tetap Museum KAA – Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika No.65 Bandung. 

Dalam rangkaian itu, selama bulan November 2012, Museum KAA dengan dukungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan tampilkan sesi pameran foto langka di Selasar Tengah Museum KAA. Pameran akan angkat sosok sekaligus tokoh asal Jawa Barat, Sanusi Hardjadinata, yang berperan penting dalam sukseskan pelaksanaan Konferensi Asia Afrika 1955. Di bawah kepemimpinannya sebagai Gubernur Provinsi Jawa Barat di kala itu, Jawa Barat menjadi tempat paling kontributif dan kondusif untuk mendukung Konferensi Asia Afrika 1955 sehingga Kota Bandung dinisbatkan dunia sebagai Ibukota Asia Afrika hingga kini.

Pemutaran film Sang Perintis, yang digelar bertepatan dengan Hari Pahlawan ini, berkisah tentang perjuangan dua sosok penting bidang geologi Indonesia di masa awal kemerdekaan Indonesia, yaitu Arie Frederik Lasut dan Soenoe Soemosoesastro. Pada sesi diskusi, akan hadir narasumber, yaitu Julianty Martadiradja (Antropolog Museum Geologi), Ir. Danny Z. Herman, M.Sc (Geolog Senior, Ahli Batuan dan Mineral) dan Tobing, Jr. (LayarKita), serta Udjo Yohanes Sembiring (LayarKita) sebagai moderator.


Menjelang Perang Dunia Kedua, pemerintah kolonial Belanda merasakan kurangnya tenaga menengah di bidang geologi dan pertambangan. Para insinyur Belanda membutuhkan tenaga terlatih yang dapat membantu mereka di lapangan. Untuk memenuhi kebutuhan akan hal ini maka pemerintah kolonial Belanda membuka sebuah kursus untuk asisten geologi di Bandung. Lulusannya akan langsung ditarik bekerja di Dienst van den Mijnbouw (dinas pertambangan ketika itu). Di antara siswa peserta kursus tersebut terdapat dua orang pemuda bumiputera, yaitu Arie Frederik Lasut dan Soenoe Soemosoesastro. Mereka mengikuti kursus itu selama tiga tahun (1939-1941) dan lulus sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

Ketika Jepang menduduki Indonesia, Dienst van den Mijnbouw diubah namanya menjadi Kogyo Zimusho dan kemudian menjadi Chishitsuchosacho. Pemuda Lasut dan Soenoe masih bekerja di lembaga yang telah dikuasai Jepang itu. Ketika Jepang kalah perang dari sekutu dan Indonesia merdeka, terjadi pengambilalihan kantor Chishitsuchosacho oleh pemuda Indonesia. Lasut dan Soenoe termasuk di antara empat orang pemuda geologiwan yang berperan dalam proses pengambilalihan kantor tersebut dan menjadikan kantor tersebut Pusat Djawatan Tambang dan Geologi (PDTG). Peristiwa ini terjadi pada tanggal 28 September 1945, dan tanggal tersebut sekarang diperingati sebagai Hari Jadi Pertambangan.

Di awal masa kemerdekaan Arie dan Soenoe turut menyelamatkan dokumen geologi dan tambang Indonesia dengan cara membawa dokumen-dokumen penting itu berpindah tempat dari kantor PDTG di Rembrandt Straat (sekarang Jalan Diponegoro) ke Jalan Braga, ke Tasikmalaya, ke Magelang, ke Yogyakarta, dan kembali ke Bandung.

Selama masa pengungsian di Yogyakarta ada dua kejadian penting yang pantas dicatat. Yaitu berdirinya sekolah menengah untuk mendidik para calon mantri geologi yang diprakarsai oleh Soenoe, dan gugurnya Arie di tangan tentara Belanda ketika menyelamatkan dokumen geologi. Arie  dibawa dari tempat tinggalnya dan ditembak mati di dusun Pakem, Yogyakarta. Jenazahnya dibuang di Sekip.

Arie Frederik Lasut dianugerahi gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 012/TK/Tahun 1969 tanggal 20 Mei 1969.

Kegiatan ini terbuka untuk umum dan terselenggara dengan semangat kerja sama antara Museum Konperensi Asia Afrika dan Museum Geologi dan didukung oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat serta kalangan komunitas masyarakat, antara lain: Sahabat Museum Konperensi Asia Afrika (SMKAA), LayarKita, Asian-African Reading Club (AARC) serta berbagai komponen masyarakat lainnya.


Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi:
Ely Nugraha T.
(Plh. Kepala Museum Konferensi Asia-Afrika)
Jalan Asia-Afrika No.65, Bandung 40111
Telp.: (+62-22) 4233564 / Faks.: (+62-22) 4238031
Twitter: @AsiAfricaMuseum
Facebook: Friends of Museum of the Asian-African Conference


(as 06 November 2012)

aarc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram