Apocalypse Now
bercerita tentang veteran bernama Benjamin L. Willard (diperankan oleh Martin
Sheen) yang ditugaskan untuk sebuah operasi khusus. Yang menjadi target operasi
adalah Kolonel Walter E. Kurtz (Marlon Brando) yang dilaporkan telah membelot,
membuat pasukan sendiri di Kamboja dan berperang melawan negaranya sendiri,
Amerika Serikat. Yang menarik sekaligus mencemaskan, Walter E. Kurtz berubah
menjadi seseorang yang kurang waras dan mendapat kultus individu oleh
masyarakat setempat. Willard, meskipun berasal dari satu kubu, diharuskan untuk
membunuh Kurtz dengan kode aksi terminate
with extreme prejudice.
Kemudian kita akan
disuguhkan sebuah kepenasaranan yang luar biasa karena dari sejak awal film,
kita diberitahu berbagai cerita tentang kemistisan Kurtz, tapi hingga menjelang
film, Kurtz tidak tampak batang hidungnya. Dalam perjalanan menuju tempat
bermukim Kurtz, beberapa kali Willard disuguhi kengerian perang mulai dari
teman-temannya yang satu per satu mati, hingga mengalami kegilaan oleh sebab
bertemu harimau atau melihat korban perang yang terlampau sadis.
Menjelang film
berakhir, akhirnya Willard berjumpa dengan Kurtz yang ditampilkan dengan sangat
misterius. Pada bagian puncak inilah, kita bisa menyaksikan akting yang
paripurna dari seorang Marlon Brando. Ia tidak melakukan banyak gerak kecuali
melakukan semacam monolog yang berisi kalimat demi kalimat yang amat filosofis.
Membuat seorang Willard pun, mimiknya banyak berubah dari yang tadinya penuh
kebencian, menjadi penuh kekaguman dan merasa wajar mengapa orang-orang
setempat menganggapnya sebagai nabi.
Marlon Brando, dalam
aktingnya tersebut, tengah memperagakan suatu teknik yang dikenal dengan nama
akting Stanislavskian. Dicetuskan oleh Constantin Stanislavsky di awal abad ke
20, akting ala Stanislavsky dikenal luas dengan akting “rupa dalam”. Dalam
akting semacam ini, seorang aktor tidak hanya memerankan, tapi lebih daripada
itu, ia menjadi. Untuk memperoleh kualitas Stanislavskian ini, seseorang butuh
riset mendalam terhadap apa dan siapa yang akan diperankannya. Kata
Stanislavsky, “Jika kamu berperan sebagai orang jahat, maka pelajari sisi
baiknya. Jika kamu perankan orang baik, maka pelajari sisi jahatnya.”
Dalam dunia perfilman,
meski kita sering menemukan aktor yang berperan sangat baik, namun jarang
sekali kita bisa sematkan label Stanislavskian kepadanya. Marlon Brando adalah
satu dari sedikit saja aktor yang mampu mempraktekkan metode Stanislavsky ini
dengan baik selain misalnya Innokenty Smoktunovsky, Jack Nicholson, Henry
Fonda, dan beberapa nama lainnya. Di Indonesia? Jangan tanya. Di dunia akting
di Indonesia hari ini, pengetahuan tentang akting Stanislavskian itu sendiri
mungkin tidak sampai. Dulu ada Sukarno M. Noor yang sangat baik melakukan “rupa
dalam”. Sekarang sudah langka, bahkan nyaris tidak ada.
Syarif Maulana
Syarif Maulana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar