KOTA BANDUNG SEBAGAI (salah satu-ed.) KOTA TERPENTING PADA ZAMAN BELANDA

oleh : Rendy Suhardiman (Sejarah Unpad 2009)


http://andreasnac.blogspot.com/2010/05/kota-bandung-tempo-dulu.html
Kota Bandung berdiri sekitar tahun 1900- an dengan awal pemerintahannya dipegang oleh Gemeente Bandung yang biasanya dirangkap oleh seorang asisten residen. Para residen yang pernah memimpin Kota Bandung adalah :

- E.A. Maurenbrecher periode 1906- 1907

- R.E. Krijgboom periode 1907- 1908

- J.A. Van der Ent periode 1909- 1910

- J.J. Verwijk periode 1910- 1912

- C.C.B. Van Vleiner periode 1912- 1913


Sampai pada akhir tahun 1912, pimpinan pemerintahan di Kota Bandung masih dirangkap oleh seorang asisten residen, baru pada awal tahun 1913, Kota Bandung mulai dipimpin oleh seorang walikota. Walikota Bandung yang pertama adalah B. Coops. Pada masa Coops inilah mulai di bangun Gedung Papak ( Balai Kota) yang sekarang terletak di Jalan Merdeka. Kantor ini fungsinya adalah untuk mengurus birokrasi dan administrasi Kota Bandung agar lebih tertata dengan baik. Selain untuk pembangunan pemerintahan sipil, Pemerintah Kolonial Belanda juga membangun Kota Bandung sebagai pusat militer. Adapun ciri Kota Bandung sebagai pusat militer adalah :


- Adanya pabrik senjata dan mesiu atau Artillerie Constructie Winkel (ACW)

- Adanya pendidikan setingkat Akademi Militer yang bernama Corps Opleding Reserve Officeren ( CORO).

2 tempat itu menandakan bahwasannya Kota Bandung adalah Pusat Militer Pemerintah Hindia Belanda. Sampai sekarang, pabrik ACW masih ada dan berganti nama menjadi Perindustrian Angkatan Darat ( PINDAD), sedangkan CORO menjadi Akademi Militer Angkatan Darat dan berpusat di Kota Magelang.

Selain dari 2 tempat yang penulis kemukakan tadi, juga di Bandung pernah dibangun kompleks khusus untuk para pensiunan tentara bersama keluarganya. Daerah ini berada di Kawasan Sukajadi Bandung yang dikenal dengan istilah Bronbeek. Dalam perkembangan selanjutnya, tepatnya pada tahun 1929, Bandung sempat diusulkan menjadi Ibukota Pemerintah Hindia Belanda dengan pertimbangan sebagai berikut :

1. Letaknya sentral dan memiliki iklim yang nyaman. Keadaan ini ini senyaman musim kemarau di Prancis Selatan.

2. Keadaan iklim yang cocok bagi penduduk bangsa Eropa khususnya bangsa Belanda

3. Tingkat kematian masyrakat paling rendah dibandingkan dengan kota- kota lainnya.

4. Bandung memiliki perguruan yang terkemuka dan pusat kaum intelektual

Namun, karena alasan- alasan politis, Bandung akhirnya gagal menjadi Ibukota Pemerintahan.

Gambaran Wilayah Kota Bandung Pada Masa Pemerintah Kolonial Belanda

Pada masa Pemerintah Kolonial Belanda, Kota Bandung dibagi ke dalam tiga wilayah berdasarkan suku bangsaannya; Wilayah Orang Eropa, China dan Pribumi. Masing- masing wilayah dicirikan dengan :

1. Wilayah Orang Eropa

Wilayah Orang-orang Eropa biasanya berada di daerah yang sejuk atau bearada dekat pegunungan seperti daerah Cipaganti dan daerah Jalan Setiabudhi. Orang- orang Eropa biasanya terisolir dan tidak mau berhubungan dengan orang- orang China dan Pribumi. Orang- orang Eropa pula biasanya gemar menanam halaman rumah mereka dengan pohon cemara atau pohon bidara begitu pula dengan sarana pendidikan biasanya Sekolah- sekolah orang Eropa selalu dekat dengan gereja.

2. Wilayah Orang China
               
Wilayah Orang- orang China biasanya terletak di daerah dekat pasar. Hal ini karena mereka berprofesi sebagai pedagang. Daerah itu antara lain adalah di Daerah Pasar Baru, Cikudapateuh, Lengkong. Bisanya daerah Orang- orang China ini dekat sekali dengan Pribumi sehingga selalu ada interaksi antara Penduduk Pribumi dan China baik itu dalam soal berdagang atau pun dalam hal kegiatan sehari-hari.

3. Wilayah Orang Pribumi

Wilayah Orang – orang Pribumi biasanya dekat dengan alun- alun yang di tengahnya terdapat pohon beringin, lalu di sebelah barat alun- alun tersebut terdapat masjid. Daerah ini adalah daerah Jalan Dalem Kaum. Wilayah Orang- orang Pribumi biasanya menghadap ke  penjara dan dekat pula dengan kantor pos.

Begitulah sekelumit gambaran tentang Kota Bandung pada masa Pemerintah Kolonial Belanda yang di bagi ke dalam tiga wilayah. Hal ini dilakukan oleh pemerintah pada waktu itu untuk mencegah agar Orang- orang Eropa tidak bercampur baur dengan Orang- orang China dan Pribumi.


***

Juga, Bandung sebagai Ibukota Priangan banyak menyimpan bangunan lama sisa Zaman Pemerintah Hindia Belanda,  sisa bangunan lama ini disebut juga dengan Bangunan Indische. Pada masa Pemerintah Hindia Belanda, telah penulis kemukakan tadi, Bandung pernah direncanakan sebagai ibukota pemerintahan namun rencana ini urung terlaksana karena hal- hal yang bersifat politis. Itu menandakan, Bandung adalah kota penting pada masa itu. 4 bangunan yang akan penulis uraikan di bawah misalnya, menjadi penanda pentingnya Kota Bandung. 4 bangunan itu ialah: Departement Van Oorlog, Gedung Sate, Gedung Pakuan, Pangkalan Udara Andir ( Husein Sastranegara).


1.Departement van Oorlog

Departement Van Oorlog didirikan pada tahun 1916. Tempat ini letaknya berada di Jalan Kalimantan Bandung. Ini adalah departemen perangnya Pemerintah Kolonial Belanda. Di sini pula tempat panglima dan serdadu Pemerintah Kolonial Belanda merencanakan strategi pertahanan untuk menjaga Kota Bandung dari serangan musuh. Mengingat pada waktu itu Kota Bandung merupakan salah satu kota yang direncanakan menjadi pusat pemerintahan. Pada waktu itu, juga dibangun rumah tempat tinggal panglima tentara Belanda, disebut dengan Paleis van den Legercommandant. Kini kedua tempat tersebut masih berdiri dengan kukuh hanya berganti nama saja, Departement van Oorlog menjadi kodiklat TNI- AD sedangkan Paleis van Legercommandant menjadi markas KODAM 111 SLIWANGI.

2. Gedung Pakuan

Gedung Pakuan dulunya merupakan tempat kediaman resmi Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Gedung ini dibangun sekitar tahun 1864. Gedung Pakuan dibangun atas inisiatif seorang residen bernama Van Der Moore. Sebelum menjadi kediaman resmi Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan tempat peristirahatan sang gubernur jenderal, tempat ini juga dulunya adalah kediaman resmi residen priangan.

Gedung ini mulai rampung dibuat pada tahun 1867 dan setelah rampung dibuat, atas saran seorang botanikus Kebun Raya Bogor yaitu bernama Prof. Reinward ditanamlah beberapa batang pohon karet di sekitar lahan Gedung Pakuan agar nyaman. Gedung Pakuan merupakan tempat yang nyaman untuk beristirahat seorang Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Selain itu, gedung ini juga digunakan sebagai tempat menginap orang- orang penting atau tamu resmi sang gubernur jenderal. Tempatnya begitu nyaman, sejumlah pemimpin dunia pernah mengunjungi gedung ini, diantaranya :

- Perdana Menteri Birma Unu

- Perdana Menteri Pakistan Muhammad Ali

- Perdana Menteri Sri langka Sir John Kotelawala

- Perdana Menteri India Nehru

- Jaksa Agung Muda Robert F. Kennedy

- Perdana Menteri Uni Soviet Voroshilov

- Presiden Yugoslavia Joseph Broz Tito

Gedung Pakuan kini digunakan sebagai kediaman resmi Gubernur Jawa Barat.

3. Gedung Sate 

Gedung Sate dibangun sekitar tahun 1920. Gedung ini dulunya bernama Departement Verker en Waterstaat gedung ini adalah hasil rancangan arsitek bernama Ir. Gerber. Gaya bangunannya merupakan campuran dari arsitektur Indonesia dan Eropa. Kemahiran memadukan teknik arsitektur Indonesia dan Eropa, meyebabkan Gedung Sate sering juga disebut Indo- Europeeschen- architectuur ( gaya arsitektur Indo Eropa ). Peletakan batu pertama Gedung Sate dilakukan oleh putri sulung Walikota Bandung pertama yaitu B. Coops serta Nona Petronella Roelofsen yang mewakili Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia. Sampai sekarang gedung tersebut masih ada dan berfungsi sebagai kantor Gubernur Jawa Barat dan juga merupakan kantor Dewan Perwakilan Rakyat daerah Provinsi Jawa Barat. Gedung ini sampai sekarang masih sering dikunjungi wisatawan domestic dan mancanegara karena keindahannya.

http://yulian.firdaus.or.id/2005/09/25/wajah-bandung-tempo-dulu/


Gedung ini dulunya digunakan sebagai tempat berkantor intansi pemerintah pusat di Bandung. Proses pembangunanya melibatkan kurang lebih 2000 kuli dan tukang guna merampungkan pembangunan gedung. Serta sekitar 150 orang China konghu dan kanton juga dikerahkan untuk membangun gedung Sate. Orang China dilibatkan karena Orang- orang China sangat terampil dalam membentuk dan mengukir ukiran yang kini ada di Gedung Sate. Adapun bahan-bahan bangunan dalam bentuk balok digali dari Perbukitan Arcamanik. Di dalam gedung pada dinding depannya terdapat ornament tradisional seperti pada pada Candi Hindu. Di tengah- tengahnya terdapat menara dengan atap bersusun atau tumpang seperti mahameru.

Gedung Sate merupakan salah satu tempat yang sangat disukai oleh wiatawan- wiatawan Eropa. Pada hari minggu biasanya wisatawan- wisatawan dari berbagai Negara di Eropa menyempatkan diri untuk berkunjung ke Gedung Sate walaupun mereka hanya sekedar melihat-lihat. Pohon- pohon yang tinggi menjadikan kawasan Gedung Sate ini terasa sejuk. Menurut Dr. Hendrik Petrus, Gedung Sate beserta kompleks perkantoran yang berada di dalamnya merupakan sebuah karya yang besar. Selain membangun Gedung Sate, Pemerintah Kolonial Belanda juga membangun sebuah lapang yang terletak di sebelah barat Gedung Sate. Lapangan itu sekarang dikenal dengan nama Lapangan Gasibu. Lapangan ini difungsikan sebagai tempat olahraga Pegawai Pemerintah Kolonial Belanda.


4. Pangkalan Udara Andir ( Husein Sastranegara)

Pangkalan Udara Andir dibangun pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1921 di tanah seluas 45 hektar. Tanah itu mulanya merupakan tanah milik rakyat dan tanah itu dibeli seluruhnya oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Pembangunan Pangkalan Udara Andir pada awalnya masih sangat sederhana sekali hanya dieratkan dan diperkeras tanpa dilapisi aspal, seiring berjalannya waktu Lapangan Terbang Andir terus melengkapi dirinya dengan berbagai fasilitas/ dengan alat-alat mutakhir. Landasan pesawat yang semula tidak diaspal, pada akhirnya diaspal. Ditinjau dari kelengkapan alat dan fasilitas yang memadai maka Pangkalan Udara Andir menjadi pusat mekanik pesawat dan pemeliharaan pesawat yang terlengkap di Asia Tengara.

Pesawat yang pertama kali mendarat di Pangkalan Andir adalah Avro, Glenmartin Jeger dan koelhoven. Pangkalan Andir menjadi terkenal setelah dibangun menjadi Piston engine yang terlengkap di Asia Tenggara tepatnya pada tahun 1930, sehingga menarik perhatian Maharaja Yodphur dari India untuk keperluan perawatan pesawat Lockheed Model 10 – A Electra miliknya, tahun 1939. Sebelum itu pada tahun 1937, tokoh dunia penerbangan bernama Amelia Earhart yang dalam perjalanan keliling dunia terakhirnya juga sempat memeriksakan pesawatnya di Pangkalan Andir Bandung.

Tahun 1940, pangkalan Andir di tingkatkan statusnya menjadi Pangkalan Udara yang terbesar dan merupakan tempat dididiknya para calon penerbang di Angkatan Udara Pemerintah Kolonial Belanda. Hal ini dilakukan karena Pemerintah Hindia Belanda harus bersiap diri menghadapi Perang Asia Timur Raya melawan Jepang.

Dalam menghadapi kemungkinan terburuk, Pemerintah Hindia Belanda segera memindahkan pesawat tempurnya ke Pangkalan Andir Bandung. Pesawat- pesawat tahun 1940 milik pemerintah Kolonial Belanda yang berada di Pangkalan Andir Bandung adalah:

- Pesawat Bommerwepers ( Pesawat Pembom Angkatan Udara Belanda )

- Pesawat B- 25 Mitchell ( Pesawat Pemburu Belanda )

- Pesawat B- 26 Invander ( Pesawat Pengintai Belanda )

- Pesawat P- 47 D Thunderbolt 11 ( Pesawat Pembom Belanda)

Semua pesawat itu adalah pesawat yang dipersiapkan untuk keperluan perang. Pangkalan Udara Andir juga pernah di pergunakan oleh Pasukan Belanda Pimpinan Jenderal Spoor untuk merebut Kota Yogyakarta pada serangan Belanda tahun 1948. Pada waktu itu semua Pasukan Penerjun Payung Belanda berangkat dari Pangkalan Andir Bandung.

Hingga kini Pangkalan Udara Andir masih ada dan berganti nama menjadi Pangkalan Husein Sastranegara. Hal ini dimaksudkan untuk mengenang jasa-jasa Husein Sastranegara sebagai salah seorang tokoh yang berasal dari Jawa Barat yang ikut membangun TNI- AU dari sejak zaman kemerdekaan hingga akhirnya ia gugur. Ia gugur di Yogyakarta saat sedang menguji coba pesawat yang akan digunakan untuk mengangkut Wakil Presiden Muhammad Hatta, dalam rangka kunjungannya ke India pada tahun 1946. Kini pangkalan Husein Sastranegara dijadikan sebagai KOHARMATAU yaitu ( Komando Pemeliharaan Materil Angkatan Udara wing 10). Selain juga untuk pendaratan pesawat- pesawat sipil dan militer.

Perlu dicatat bahwa dari masa revolusi hingga masa setelahnya, yang menjabat sebagai KASAU ( kepala Staf Angkatan Udara) Indonesia tak jarang dulunya adalah Komandan Pangkalan Husein Sastranegara, misalnya:

- Marsekal Chapy Hakim

- Marsekal Ashadi Tjahadi

- Marsekal Roesmin Noerjadin

- Marsekal saleh Basrah.

Hal ini membuktikan bahwa Pangkalan Husein Satranegara adalah Pangkalan Angkatan Udara yang sangat diperhitungkan sejak zaman pemerintah Kolonial Belanda hingga kini. Sehingga orang-orang yang berhasil duduk menjadi kepala di pangkalan udara ini, memiliki peluang besar untuk duduk di level pimpinan yang paling tinggi di negara ini (di angkatannya).




Daftar Sumber :

Haryoto, Kunto. 1996. Balai Agung di Kota Bandung Riwayat Gedung Sate dan Gedung Pakuan. Bandung : Granesia

Madyabangsa, Amir. 2003. Bakti TNI – Angkatan Udara 1946 – 2003. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Sobana Hardjasaputra dkk. 2000. Sejarah Kota Bandung 1906 – 1945. Bandung : Pemerinta


 Makalah ini disampaikan dalam tadarus 21 November 2012


aarc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram