SAJAK BULE EROPA

Bule eropa ini menggoda saya untuk berpesta, setelah bangku sekolah habis digasak, tanpa laukpauk, atau nasi yang cukup. Anda pasti menarinari dengan gaya yang biasa ada di televisi, musik monoton, di pagi hari, daripada mendengar dia dalam sebuah gedung yang tampung gelisah orang-orang kampung seperti kita, seperti sebahagian dari kita. Sekolah kami ambruk kelasnya, guru-guru kami malah mudah cemburu pada white board, spidol, semua aus, ditarik arus sungai yang sampaikan kemaluan kita di ujung samudera.  

Bule eropa ini takmau seperti Hitler atau jadi Juergen Klinsmann, tetapi cukuplah sebagai pengiklan yang propagandakan bahwa tanah eropa terbuka untu si papa, lalu bangkitkan impian si jelata tentang indahnya kebijakan atau tataletak kota. Saya masih mengunyah huruf-huruf yang keluar dari mulutmu, barangkali saya temukan kerikil atau baju dekil, sehingga butuh kelembutan dalam cernaan, terasa asing itu aksara. Ah, ada lelaki muda bermain gitar, lahirkan lagu haram, oleh sebab takada persetujuan dari segala yang legal. Tidakkah sebelumnya lagu itu diaborsi?

Bule eropa ini bersemangat melempar jala, berusaha menangkap mata dan soal-soal di  dalam ruangan, mengajak saya untuk melalangbuana ke dalam pesta yang makin meraungraung dengan api peperangan yang terbit di tempat-tempat takterduga. Anda akan pergi  kemana?

Adew Habtsa, Juli 2012

aarc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram