REVOLUSI, KATA MARX

Tentu kita mengenal Marx, seorang pemikir yang dielu-elukan oleh sebagian orang yang akrab dengan wacana pembebasan. Bagi mereka, Marx adalah rujukan/ referen buat membangun satu kesadaran kritis (melawan). Marx dielu-elukan bukan karena kualitas dirinya yang, misalnya sukses sebagai pemimpin keluarga. Dia, kita tahu semua gagal memimpin keluarga, mencukupi hajat hidup keluarganya. Ekonomi keluarganya ditopang oleh sahabatnya yang memiliki pabrik di Inggris, yaitu Engels.

Marx dielu-elukan karena buah pikirnya yang dipandang cukup memadai buat mewadahi hasrat melawan. Melawan satu system yang buatnya adalah biang keterasingan manusia modern, biangnya semangat menjajah, satu kelas terhadap kelas yang lain, yaitu system kapitalis.


Sistem kapitalis yang menghisap itu, menurut Marx mesti dijungkirbalikan, dan diruntuhkan. Maka perubahan social mesti diupayakan, dan perubahan social hanya dapat berjalan melalui revolusi. Menurut Marx, hubungan-hubungan yang dibangun oleh semangat kapitalis tidak sesuai dengan manusia. Oleh karenanya, Marx menuntut revolusi. Selain konon katanya dalam bukunya, Das Capital, Marx menyampaikan bahwasannya revolusi dalam konteks hubungan kelas borjuis dengan kelas proletar adalah suatu keniscayaan. Artinya, revolusi adalah hasil tak terelakan berdasarkan hukum-hukum objektif perkembangan masyarakat. Keyakinan itu, sekaligus dapat digunakan sebagai objek agitasi politik.

Dalam hal ini, perbaikan/perubahan tidak diarahkan pada perbaikan-perbaikan kecil masih dalam satu system. Marx berbicara keseluruhan system. System yang menjajah itu sendiri seluruhnya mesti diubah. Struktur-struktur social yang lahir dari system kapitalis mesti didobrak, digantikan dengan system yang baru. Yang secara total mampu mengangkat derajat kemanusiaan itu sendiri.

Alienasi pada manusia, menurut Marx tidak ditimbulkan dari egoism majikan atau kejahatan pemilik pabrik semata. Hal itu terjadi karena system kaptalisme secara tidak sadar telah mengarahkan individu-individu untuk bekerja sesuai system. Dari system kapitalisme terbentuklah kelas-kelas social yang berdasarkan  hak milik pribadi. Pembagian manusia ke dalam kelas-kelas membuat manusia tidak dapat mengembangkan dirinya secara utuh karena terhambat oleh sekat-sekat kelas yang secara tidak sadar menguasainya. Keterpecahan kelas macam itu, yang membuat manusia tidak utuh sebagai pribadi dan mengalienasi dirinya bukanlah sekedar masalah kehendak buruk semata, ia adalah masalah struktur system kapitalis.

Oleh karena itu emansipasi hanya dapat tercapai melalui penghapusan hak milik pribadi atas alat-alat produksi 1. Hak milik pribadi atas alat-alat produksi adalah dasar seluruh system masyarakat kapitalis. Hal itu berarti  seluruh system yang digunakan masyarakat sekarang (masyarakat kapitalis) mesti diakhiri dengan revolusi, tidak secara bertahap dan dalam waktu yang lama.

Keadaan sosial yang buruk, keterasingan manusia, dan ketidakadilan yang dipraktekan di masyarakat menurut Marx berakar dari system kapitalis. Oleh karenanya siapa yang sungguh-sungguh ingin menghapuskan ketidakadilan dan menegakkan tatanan hidup masyarakat yang adil, mesti menjungkirbalikan system yang buruk, dan tidak puas dengan kegiatan membenahi titik per titik yang rusak masih dalam keseluruhan system yang rusak. Sebab ternyata system yang buruklah yang mendasari keadaan sosial yang buruk, bukan individunya.

Bisa kita lihat, Marx mau mengajak kita melihat sambil menganalisis realitas yang melingkupi kita tidak dengan analisis moralitas individu melainkan dengan semangat analisis struktur yang menguasai/ analisis system. Selain itu, Marx juga mau mengajak kita untutk seantiasa tidak anti terhadap perubahan. Struktur masyarakat dari masa ke masa mestilah terus dipertanyakan, sebab struktur masyarakat bukanlah sesuatu yang statis, ia sekalipun bersikap tertutup tetapi masih bisa dipaksa untuk berubah. Jalan perubahan itu adalah jalan revolusi, jalan paksa merombak satu system.

Rujukan:

-          1 Hal 141 (Filsafat Sebagai Ilmu Kritis – Franz Magnis Suseno. 1992. Yogyakarta: Pustaka Kanisius)
-           Terjm. (Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop – John Storey. 2007. Yogyakarta: Jalasutra)


*Yoga ZaraAndritra

aarc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram