Dr. Kwame Nkrumah: Black Star from Africa



Tentunya wajar, jika banyak yang belum (tidak) mengetahui siapa sosok ini. Sebab buku sejarah kita selama 9 tahun Wajib Belajar hanya mengizinkan namanya terpampang sepanjang satu kalimat itupun kalau diharuskan untuk membaca atau menghapalkannya untuk kebutuhan ujian. Namun, jika kita sedikit flash back di era 1950-1960-an namanya adalah nafas baru bagi kebangkitan Asia-Afrika atau NEFO’s (New Emerging Forces) yang digalang bersama sahabatnya Ir. Soekarno dari Indonesia untuk membuat dunia menjadi baru dan beradab ditengah dominasi kekuatan global saat itu.

Tanggal 27 April 2012 yang lalu adalah hari bersejarah bagi bangsa Ghana dan Afrika secara umum sebab di hari itu, tepat 40 tahun yang silam, salah seorang founding father mereka Dr. Dr. Kwame Nkrumah meninggal dunia akibat terserang kanker di pengasingannya Bukarest, Rumania. Bagi bangsa Afrika sendiri, Dr. Kwame Nkrumah bukan hanya sekedar Presiden pertama Ghana namun orang yang juga menginspirasi massifnya gerakan Pan-Africanism bersama Du Bois (seorang arkeolog/anthropolog), Marcus Garvey, George Padmore, berpartisipasi dalam Kongres Pan Afrika di Manchester, 1945, turut mengilhami berdirinya Organisasi Persatuan Afrika (OAU) 1963, ikut mengorganisir Kongres Seluruh Bangsa Afrika di Accra, Ghana, December 1958, mengutus Menteri Luar Negeri Kojo Botsio untuk menghadiri Konferensi Asia-Afrika di Bandung 1955, bahkan bahu-membahu bersama Ir. Soekarno, Nehru, Gamal Abdul Nasser, dan Broz Tito untuk membentuk Gerakan Non Blok.

Visi Kemerdekaan dan Dekolonisasi

Disamping itu, salah satu momentum bersejarah yang pernah terjadi adalah deklarasi kemerdekaan Ghana (dulu bernama Pantai Emas) dari kolonialisme Inggris di tahun 6 Maret 1957 dan dipandang sebagai negara “Kulit Hitam” pertama di dunia.  Kelak dikemudian hari, kemerdekaan Ghana menjadi inspirasi bagi merdekanya sejumlah negara di kawasan Benua Afrika awal dekade 1960-an yaitu, Kongo, Aljazair, Senegal, Nigeria, Guinea, Mali, Zimbabwe dan masih banyak lagi. Kemudian, menjadi pilihan rasional bagi negara-negara yang baru merdeka untuk menjalin hubungan “senasib-sepenanggungan” dengan saudaranya dari Benua Asia dan Kawasan Amerika Latin untuk menghadang tumbuhnya kolonialisme gaya baru. Dengan demikian, kerjasama yang dilandasi bangunan solidaritas antar “bangsa terjajah” tersebut bisa membentuk alternatif lain bagi kondisi global atau proses Dekolonisasi sebagai kesepakatan di Konferensi Bandung (Dasasila Bandung).

Pemikiran Dr.Kwame Nkrumah sendiri sebenarnya banyak dibentuk pada saat menempuh studi luar negeri di Universitas Lincoln, Pennsylvania dan disaat bersamaan berkenalan dengan ide-ide dari Marcus Garvey (salah satu pendiri Pan-Africanism) sehingga memberikan inspirasi baru bagi visi dari Pan-Africanism untuk memerdekakan bangsa Afrika dari kolonialisme Eropa, untuk kemudian berdiri sejajar dengan bangsa lain di dunia. Hal tersebut tertuang dalam beberapa karyanya antara lain : Neo-colonialism: The Highest Stage of Imperialism, Africa Must Unite, African Personality, Consciencism: Philosophy and Ideology for De-Colonisation, Class Struggle in Africa, I Speak of Freedom, African Socialism sekaligus inisiatif untuk mendirikan partai CCP (Convention People's Party) dalam mengorganisir rakyat Ghana. Dengan begitu, secara umum Dr. Kwame Nkrumah mempunyai visi tentang kebangkitan nasionalisme Afrika, persatuan bangsa Afrika, kemandirian ekonomi benua Afrika sesuai potensi alamnya, untuk mencapai masyarakat sosialis sesuai dengan kepribadian Afrika. Hal yang kita temukan dalam pemikiran Ir. Soekarno tentang Trisakti yaitu berdikari dalam ekonomi, berkepribadian dalam budaya, berdaulat dalam politik. Sehingga tak mengherankan kedua pemimpin ini bersatu menghadapi neokolonialisme dan menggalang persatuan Asia-Afrika-Amerika Latin.

Warisan yang ditinggalkan

Alhasil, jerih payah yang dilakukan oleh Dr. Kwame Nkrumah menemui nasib yang sama dengan para pemimpin dari negara-negara yang (secara kebetulan) aktif dalam Konferensi Asia-Afrika atau Gerakan Non Blok yaitu mengalami intervensi “polisi dunia”. Pada Februari 1966, saat Nkrumah melakukan kunjungan kenegaraan ke China dan Vietnam Utara, pemerintahannya digulingkan oleh kudeta militer dipimpin oleh Emmanuel Kwasi Kotoka dan National Liberation Council, namun banyak pihak yang menduga CIA ada di belakang peristiwa kudeta tersebut. Akibatnya, bapak bangsa ini mengalami pengasingan di Konakri, Guinea atas perlindungan Ahmed Sekou Toure, setelah kesehatannya makin memburuk, dia menjalani perawatan di Rumania, dan akhirnya meninggal dunia tanggal 27 April 1972, kemudian dimakamkan di Ghana.

Sampai saat ini, banyak pengamat politik yang menyatakan bahwa perubahan besar di benua Afrika di tahun 1960-an disebabkan oleh gagasan Sosialisme Afrika ala Kwame Nkrumah serta analisis Neokolonialisme yang banyak digunakan sebagai terminologi baru untuk melihat dua kekuatan global saat itu, bahkan ia secara khusus memberikan “ruh Pan-Africanism” dalam warna merah, hitam, dan hijau di bendera Ghana sebagai simbol perjuangan sekaligus kekayaan Benua Afrika. Disamping itu, ide tentang kepribadian Afrika menjadikan bangsa Afrika untuk membangun mental sebagai bangsa besar untuk mewujudkan ekonomi-politik-budaya yang berdaulat. Salah satu kutipannya yang terkenal adalah ‘Kita tidak menuju Barat ataupun Timur, tapi kita akan bergerak maju !”


            Mei,2012
*Haryo Kunto Wibisono -Penulis adalah koordinator SAAS (Society of Asian-African Studies)

aarc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram