![](http://sammarlodge.com/wp-content/uploads/2012/04/dr-kwame-nkrumah.jpg)
Tanggal 27 April 2012 yang lalu adalah hari bersejarah bagi bangsa Ghana
dan Afrika secara umum sebab di hari itu, tepat 40 tahun yang silam, salah
seorang founding father mereka Dr. Dr.
Kwame Nkrumah meninggal dunia akibat terserang kanker di pengasingannya
Bukarest, Rumania. Bagi bangsa Afrika sendiri, Dr. Kwame Nkrumah bukan hanya
sekedar Presiden pertama Ghana namun orang yang juga menginspirasi massifnya
gerakan Pan-Africanism bersama Du Bois (seorang arkeolog/anthropolog), Marcus
Garvey, George Padmore, berpartisipasi dalam Kongres Pan Afrika di Manchester,
1945, turut mengilhami berdirinya Organisasi Persatuan Afrika (OAU) 1963, ikut
mengorganisir Kongres
Seluruh Bangsa Afrika di Accra,
Ghana, December 1958,
mengutus Menteri Luar Negeri Kojo Botsio untuk menghadiri Konferensi
Asia-Afrika di Bandung 1955, bahkan bahu-membahu bersama Ir. Soekarno, Nehru,
Gamal Abdul Nasser, dan Broz Tito untuk membentuk Gerakan Non Blok.
Disamping itu, salah satu momentum bersejarah
yang pernah terjadi adalah deklarasi kemerdekaan Ghana (dulu bernama Pantai
Emas) dari kolonialisme Inggris di tahun 6 Maret 1957 dan dipandang sebagai
negara “Kulit Hitam” pertama di dunia. Kelak
dikemudian hari, kemerdekaan Ghana menjadi inspirasi bagi merdekanya sejumlah
negara di kawasan Benua Afrika awal dekade 1960-an yaitu, Kongo, Aljazair,
Senegal, Nigeria, Guinea, Mali, Zimbabwe dan masih banyak lagi. Kemudian,
menjadi pilihan rasional bagi negara-negara yang baru merdeka untuk menjalin hubungan
“senasib-sepenanggungan” dengan saudaranya dari Benua Asia dan Kawasan Amerika
Latin untuk menghadang tumbuhnya kolonialisme gaya baru. Dengan demikian,
kerjasama yang dilandasi bangunan solidaritas antar “bangsa terjajah” tersebut
bisa membentuk alternatif lain bagi kondisi global atau proses Dekolonisasi
sebagai kesepakatan di Konferensi Bandung (Dasasila Bandung).
Pemikiran Dr.Kwame Nkrumah sendiri
sebenarnya banyak dibentuk pada saat menempuh studi luar negeri di Universitas
Lincoln, Pennsylvania dan disaat bersamaan berkenalan dengan ide-ide dari
Marcus Garvey (salah satu pendiri Pan-Africanism) sehingga memberikan inspirasi
baru bagi visi dari Pan-Africanism untuk memerdekakan bangsa Afrika dari
kolonialisme Eropa, untuk kemudian berdiri sejajar dengan bangsa lain di dunia.
Hal tersebut tertuang dalam beberapa karyanya antara lain : Neo-colonialism:
The Highest Stage of Imperialism, Africa Must Unite, African Personality, Consciencism: Philosophy and
Ideology for De-Colonisation, Class Struggle in Africa, I Speak of Freedom,
African Socialism sekaligus
inisiatif untuk mendirikan partai CCP (Convention
People's Party) dalam mengorganisir rakyat Ghana. Dengan begitu, secara umum
Dr. Kwame Nkrumah mempunyai visi tentang kebangkitan nasionalisme Afrika,
persatuan bangsa Afrika, kemandirian ekonomi benua Afrika sesuai potensi
alamnya, untuk mencapai masyarakat sosialis sesuai dengan kepribadian Afrika.
Hal yang kita temukan dalam pemikiran Ir. Soekarno tentang Trisakti yaitu
berdikari dalam ekonomi, berkepribadian dalam budaya, berdaulat dalam politik.
Sehingga tak mengherankan kedua pemimpin ini bersatu menghadapi neokolonialisme
dan menggalang persatuan Asia-Afrika-Amerika Latin.
Warisan yang ditinggalkan
Alhasil, jerih payah yang
dilakukan oleh Dr. Kwame Nkrumah menemui nasib yang sama dengan para pemimpin
dari negara-negara yang (secara kebetulan) aktif dalam Konferensi Asia-Afrika
atau Gerakan Non Blok yaitu mengalami intervensi “polisi dunia”. Pada Februari
1966, saat Nkrumah melakukan kunjungan kenegaraan ke China dan Vietnam Utara, pemerintahannya
digulingkan oleh kudeta militer dipimpin oleh Emmanuel
Kwasi Kotoka dan National
Liberation Council, namun banyak pihak yang menduga CIA ada di
belakang peristiwa kudeta tersebut. Akibatnya, bapak bangsa ini mengalami
pengasingan di Konakri, Guinea atas perlindungan Ahmed Sekou Toure, setelah
kesehatannya makin memburuk, dia menjalani perawatan di Rumania, dan akhirnya
meninggal dunia tanggal 27 April 1972, kemudian dimakamkan di Ghana.
Sampai saat ini, banyak pengamat politik
yang menyatakan bahwa perubahan besar di benua Afrika di tahun 1960-an
disebabkan oleh gagasan Sosialisme Afrika ala Kwame Nkrumah serta analisis
Neokolonialisme yang banyak digunakan sebagai terminologi baru untuk melihat
dua kekuatan global saat itu, bahkan ia secara khusus memberikan “ruh
Pan-Africanism” dalam warna merah, hitam, dan hijau di bendera Ghana sebagai
simbol perjuangan sekaligus kekayaan Benua Afrika. Disamping itu, ide tentang
kepribadian Afrika menjadikan bangsa Afrika untuk membangun mental sebagai
bangsa besar untuk mewujudkan ekonomi-politik-budaya yang berdaulat. Salah satu
kutipannya yang terkenal adalah ‘Kita
tidak menuju Barat ataupun Timur, tapi kita akan bergerak maju !”
Mei,2012
*Haryo Kunto Wibisono -Penulis
adalah koordinator SAAS (Society of Asian-African Studies)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar