oleh: Fajar Fauzan
"Whoever controls the media, controls the mind"
-Jim Morison,
The Doors.
Setiap bentuk ekspresi yang tercermin dalam media massa
adalah kesaksian; menggambarkan sesungguhnya dinamika kebudayaan dari waktu ke
waktu, ia mengekalkan momentum, dan diantarkan menjadi bagian dari sejarah.
Dunia
kian berkembang menjadi alat transformasi informasi massal yang sangat ajaib.
Seiring kemajuan teknologi, masyarakat memiliki banyak kemudahan untuk
memperoleh informasi dan melakukan komunikasi dengan sangat efektif dan
efisien. Tanpa harus mengangkat kaki menentukan muka yang akan kita tatap,
selanjutnya kita dapat menemukan apapun, yang kita butuhkan, hanya dengan “satu
klik” saja.
Era
ini, dengan tingkat akselerasi dunia di luar ramalan, memang kita dipaksa untuk
menelan informasi tanpa batas. Media menjadi alat kendali, keniscayaannya dapat
dibangun dengan membangun pradigma tertentu, mengarahkan opini, menciptakan
idola, serta mendorong terjadinya gerakan massa tertentu. Tidak banyak orang
yang sadar ini, tidak banyak pula orang yang memiliki kecerdasan memilah. Maka
media dibutuhkan, selain hanya ruang ekspresi, media dalam skala yang penting
menjadi pusat kontrol sosial, ekonomi, kebudayaan, dan pendidikan.
Sebagai
contoh, peristiwa proklamasi yang terjadi di Jakarta, dalam beberapa minggu
saja, dengan bantuan radio, dapat mendorong provinsi lain untuk ikut berdaulat
bersama Indonesia; Gerakan revolusi timur tengah, dibangun dari komunikasi
verbal di jejaring sosial (facebook), hingga menyulut reaksi di dunia nyata
dengan demonstrasi besar-besaran di setiap kota; KPK, ketika didesak masalah
bersama Polri, mendapatkan dukungan moril melalui pemberitaan dan jejaring
sosial yang terwujud pula dalam aksi nyata.
Remaja, Kreatifitas dan Media
Sayangnya,
masyarakat, atau yang menyebut dirinya remaja (12-21 tahun) belum menyimak
manfaat media sebagai ruang ekspresi yang paling penting. Sifat remaja yang
mudah hanyut, justru membuat banyak media mainstream mengeksploitasi mereka
menjadi pasar. Sebagai manusia, dalam fase eksperimental seperti ini, remaja kebanyakan
justru menggantungkan dirinya tanpa mendapatkan peruntungan terbalik dari
perkembangan teknologi dan media.
Arus
informasi yang kian pesat ini, tentu menyajikan beberapa peluang alternatif
yang mungkin ada. Selain perlunya remaja berbaur dengan media dan teknologi,
remaja pula perlu membuat dirinya sebagai sumber informasi penting. Artinya tingkat
manfaat dan keuntungan akan ada bagi dirinya jika saja remaja mulai melakukan
sedikit percobaan, misal dengan menjadi bagian penting dari beberapa kelompok
yang mengemukakan ekspresinya secara positif di ruang media.
Gadget,
jejaring sosial, dan media digital lainnya seharusnya memiliki manfaat yang
lebih banyak. Tidak hanya digunakan secara egois; tempat curhat, tidak bersifat
nasistik; dan tidak mengupayakan proses komunikasi sebagai bentuk gagasan dari
visi yang besar. Remaja, dalam proses pencarian jati dirinya, tentunya harus
lebih sigap dan selektif. Kembali memilih informasi, melakukan proses internalisasi
dan mengembangkan peluang.
Setidaknya,
beberapa komunitas Bandung menolak bahwa dengan tuduhan statis. Beberapa
komunitas foto, komunitas kajian, komunitas penulisan, komunitas film dan
lainnya membuktikan keseriusannya dalam mendapatkan manfaat. Kebanyakan dari
mereka, konsisten dalam mengembangkan bakatnya hingga kesadaran soal pentingnya
media. Sudah sangat banyak pula, komunitas serupa itu menjadikan media sebagai
alat mengekpresikan diri; dan pencitraan.
Kesadaran
ini memang yang pula harus dimiliki pula oleh remaja dalam keinginannya
menemukan ruang ekspresi; berkarya nyata dan membangun kepedulian sosial
terhadap sesama. Langkah awal, adalah keberaniannya dalam menempuh resiko.
Kemudian mereka dapat mengukur dan menimbang setiap sisi positif dan negatif
dalam keberadaannya ketika mebebaurkan diri dengan lingkungan. Hingga akhirnya,
dengan jalannya sendiri, mereka dapat menegaskan identitasnya dan menjadi teladan
serta bulir harapan di tengah masyarakat.
[AARC, Refleksi, 28 Nov 2012]
*Disampaikan dalam tadarus tanggal 28 November 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar