Apocalypse Now (1979): Marlon Brando dan Akting Stanislavskian

Jika mendengar genre film perang, tentu saja wajar jika ekspektasi yang muncul adalah pertunjukkan aksi dan baku tembak yang maksimal. Namun hal tersebut ternyata tidak menjadi tema utama film Apocalypse Now. Dibuat untuk menyindir Perang Vietnam, film yang disutradarai oleh Francis Ford Coppola tersebut lebih menyoroti sisi horor dari perang yang berdampak pada aspek psikologis para pelakunya. Dalam proses pembuatannya, Apocalypse Now menghabiskan dana cukup besar yaitu 31,5 juta dollar AS. Salah satu yang fenomenal dari film berdurasi 153 menit ini adalah keberadaan Marlon Brando yang sangat singkat yaitu hanya 15 menit saja. Namun dalam akting yang konon ia dibayar satu juta dollar tersebut, Marlon Brando menampilkan salah satu akting terbaik dalam sejarah perfilman Hollywood.

Apocalypse Now bercerita tentang veteran bernama Benjamin L. Willard (diperankan oleh Martin Sheen) yang ditugaskan untuk sebuah operasi khusus. Yang menjadi target operasi adalah Kolonel Walter E. Kurtz (Marlon Brando) yang dilaporkan telah membelot, membuat pasukan sendiri di Kamboja dan berperang melawan negaranya sendiri, Amerika Serikat. Yang menarik sekaligus mencemaskan, Walter E. Kurtz berubah menjadi seseorang yang kurang waras dan mendapat kultus individu oleh masyarakat setempat. Willard, meskipun berasal dari satu kubu, diharuskan untuk membunuh Kurtz dengan kode aksi terminate with extreme prejudice.

Kemudian kita akan disuguhkan sebuah kepenasaranan yang luar biasa karena dari sejak awal film, kita diberitahu berbagai cerita tentang kemistisan Kurtz, tapi hingga menjelang film, Kurtz tidak tampak batang hidungnya. Dalam perjalanan menuju tempat bermukim Kurtz, beberapa kali Willard disuguhi kengerian perang mulai dari teman-temannya yang satu per satu mati, hingga mengalami kegilaan oleh sebab bertemu harimau atau melihat korban perang yang terlampau sadis.

Menjelang film berakhir, akhirnya Willard berjumpa dengan Kurtz yang ditampilkan dengan sangat misterius. Pada bagian puncak inilah, kita bisa menyaksikan akting yang paripurna dari seorang Marlon Brando. Ia tidak melakukan banyak gerak kecuali melakukan semacam monolog yang berisi kalimat demi kalimat yang amat filosofis. Membuat seorang Willard pun, mimiknya banyak berubah dari yang tadinya penuh kebencian, menjadi penuh kekaguman dan merasa wajar mengapa orang-orang setempat menganggapnya sebagai nabi.

Marlon Brando, dalam aktingnya tersebut, tengah memperagakan suatu teknik yang dikenal dengan nama akting Stanislavskian. Dicetuskan oleh Constantin Stanislavsky di awal abad ke 20, akting ala Stanislavsky dikenal luas dengan akting “rupa dalam”. Dalam akting semacam ini, seorang aktor tidak hanya memerankan, tapi lebih daripada itu, ia menjadi. Untuk memperoleh kualitas Stanislavskian ini, seseorang butuh riset mendalam terhadap apa dan siapa yang akan diperankannya. Kata Stanislavsky, “Jika kamu berperan sebagai orang jahat, maka pelajari sisi baiknya. Jika kamu perankan orang baik, maka pelajari sisi jahatnya.”

Dalam dunia perfilman, meski kita sering menemukan aktor yang berperan sangat baik, namun jarang sekali kita bisa sematkan label Stanislavskian kepadanya. Marlon Brando adalah satu dari sedikit saja aktor yang mampu mempraktekkan metode Stanislavsky ini dengan baik selain misalnya Innokenty Smoktunovsky, Jack Nicholson, Henry Fonda, dan beberapa nama lainnya. Di Indonesia? Jangan tanya. Di dunia akting di Indonesia hari ini, pengetahuan tentang akting Stanislavskian itu sendiri mungkin tidak sampai. Dulu ada Sukarno M. Noor yang sangat baik melakukan “rupa dalam”. Sekarang sudah langka, bahkan nyaris tidak ada. 

Syarif Maulana


aarc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Instagram